Shared Thoughts: Other Sides

Hai! Setelah lama nggak nulis akhirnya bisa ngetik-ngetik lagi di sini, been a very busy time indeed.

Langsung to the point aja, gue kemarin baru saja menemukan hal-hal yang cukup menarik menurut gue pribadi. Baru saja sekitar 14 Februari malam, gue pulang ke rumah dari Stasiun Tebet dengan jasa ojek online dan dia nunggu di tempat yang berbeda. Biasanya, ojek online nunggu di depan Sevel ataupun Warunk Upnormal untuk menghindari kesalahpahaman dengan ojek pangkalan. Nah, driver gue kali ini nunggu di depan pintu masuk mobil, which is not usual. But, that's not a problem.

Di perjalanan, gue ngobrol-ngobrol dikit. FYI, ngobrol sama driver (atau dengerin curhatan driver kalo mau lebih tepat) sebenernya bisa ngasih lo insight dari tipe-tipe orang yang beda dan pengalaman yang beda-beda juga. Dari pengalaman gue dan post di media sosial yang sering viral, banyak cerita-cerita yang menginspirasi banget dari mereka.



Kembali ke topik, ketika gue ngobrol, dia cerita tentang banyak hal dan topiknya diverse banget.

Pertama, dia nanya tentang gue naik kereta dari arah mana, kuliah di mana dan jurusan apa. Kedua, karena besoknya Pilkada 2017, dia ngomong juga yang berkaitan tentang itu--dan jujur, ini yang paling gue inget dari seluruh omongannya dia.

 "Saya udah tiga kali nggak nyoblos, Mbak. Nggak ada efeknya buat saya. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin."

Jujur, bagian ini agak bikin gue tersentak. At that time, gue jadi mikir lagi kesalahannya di mana. Apakah pemerintah yang nggak bisa bikin kebijakan yang dampaknya benar-benar dirasakan rakyat terutama rakyat kecil? Karena gue nggak tahu terlalu banyak tentang isu politik, I can't comment more but I will always remember what he said. Dan mungkin, kalau suatu hari nanti gue punya kesempatan jadi pembuat kebijakan, gue akan mencoba untuk membuat kebijakan yang nyata dampaknya dan sustainable. Wish me all the best :')

Topik ketiga yang dia angkat adalah tentang buruknya manajemen perusahaan transportasi online tempat dia bekerja. Entah seperti apa kebijakan tentang pendapatan driver yang ditetapkan, tapi dia mengaku kesulitan untuk memenuhi ekspektasi dari ditetapkannya kebijakan tersebut. Jujur, gue agak menyayangkan hal ini karena jasa ojek online seharusnya bisa jadi solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah waktu dan kebutuhan alat angkut di zaman yang serba cepat ini, juga sebagai solusi atas minimnya lapangan pekerjaan.

Little note: beberapa hari sebelumnya, gue berkesempatan untuk mendengar insight dari salah satu perusahaan yang sangat berkaitan dengan jasa ojek online yang satu ini. Dan ternyata benar, kata-kata driver gue, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.

Bahasan keempat adalah tentang fenomena minta potongan harga seenaknya dan penyalahgunaan status miskin. Diceritakan oleh dia, ada satu orang yang minta potongan harga jasa kesehatan (Puskesmas mungkin). Tebak harganya berapa? 7000 rupiah aja! Padahal, kata dia juga, si orang tersebut punya motor baru dan harga pasarannya pun nggak murah. Tambahan, 7000 rupiah yang harus dibayar orang tersebut juga (kalau tidak salah) sudah termasuk obat. 

Selain itu, ada juga katanya yang masih minta fasilitas untuk orang tidak mampu yang disediakan pemerintah. Dari kepemilikan kendaraan, sudah sangat jelas kalau ia adalah orang yang mampu, orang yang sangat nggak pantas untuk dianugerahi titel tidak mampu. Lalu kenapa masih ada orang-orang seperti ini? I'm pretty sure orang-orang seperti inilah yang bikin publik kehilangan kepercayaannya pada pengawasan yang dilakukan pemerintah.

Now that I have listened to all this real problems, satu hal yang bisa gue tarik adalah: 

Keputusan harus dibuat dan dilaksanakan sebaik-baiknya agar membawa dampak positif untuk semua pihak, terutama pihak yang dilibatkan dalam implementasi keputusan tersebut.

Ini bikin gue inget tentang dua hal. Pertama, gue dulu pengen banget ambil Manajemen Kebijakan Publik (MKP) di UGM di jalur tes... tapi ternyata diberikan jalan lain yang lebih baik oleh Allah di Sistem Informasi UI. Kedua, dulu guru Kimia gue pernah bilang:

"Kalau kalian jadi pemimpin, jangan pernah buat keputusan karena takut atasan. Buat keputusan yang benar!"

Oke, sekian dulu. Jujur, kayaknya ini post terserius yang pernah gue bikin. Semoga bermanfaat!

Love,


99WRITES

You Might Also Like

0 comments