Shared Thoughts: (Ala-ala) Career Tips for Your Internship Application

Halo!

Setelah berminggu-minggu belum sempat ada tenaga untuk meluangkan waktu menulis di sini, akhirnya gue memutuskan untuk take a break dulu dari kehidupan 23 SKS yang membuat gue semakin ingin istighfar dan bersyukur. Subhanallah. Literally, blood-sweat-tears banget deh semester ini.

The topic was simple. 

Internship.


Pertanyaannya: kenapa quote yang gue pajang kayak gitu?

Jawabannya adalah, odds were against me back on the days I was searching for my second summer internship.

Statistically speaking, jumlah application yang gue ajukan sudah agak melewati normal sih. Seenggaknya itu menurut gue. Sampai suatu saat, teman gue bilang, getting a real tech internship IS THAT HARD. Seperti biasa, gue nggak akan sugarcoating ya. Bahkan, teman gue yang gue rasa jago banget pun take time untuk akhirnya dapet offering letter dari salah satu startup unicorn di Indonesia. For your information, gue mengirimkan sekitar 30-an lamaran untuk summer internship (Juni-Agustus 2018).

In addition, I read in Quora bahwa ada yang pernah mengirimkan sekitar 100-an lamaran just to land a single job in the tech industry. Beda konteks sih mungkin, tapi menurut gue itu sudah cukup menggambarkan bahwa persaingan dan kriterianya seketat itu. Oh ya, sebelumnya, this article is based on my sole experience in the tech field. 

**

To make it short, gue akan jump langsung ke tips buat internship application yang mungkin bisa saja terdengar cliche, tapi yasudahlah, here's my two cents:

1. Tentukan apa yang mau kalian lakukan

First thing first, you won't arrive at your destination kalau kalian nggak tau mau ke mana. Banyak rekan seangkatan gue bilang, 'Ih gue mau juga deh internship!'. And so, gue tanya deh.

"Mau intern jadi apa?"
"Nggak tau sih..."

The old me might as well as be angry on her/him tapi karena sekarang ada seseorang yang membuat gue belajar you have to think di luar normal flow, gue harus inhale-exhale dan membalas pertanyaannya seperti ini:

"Menurut gue, lo cocok jadi <insert a position> karena lo ada pengalaman di <his or her experience> kan, itu bisa lo taruh di CV, lho."

Anyway, as a reminder for us all: let's just learn how to give a constructive feedback instead of destroying someone's hope with a mere subjective perspective. 

Tips gue buat lo yang belum tahu mau internship jadi apa tapi pengen banget internship: do a lot of things and be persistent on things. Jangan cepat menyerah. Kalau lo menyerah ketika melakukan sesuatu itu, lo nggak akan pernah menemukan apa yang benar-benar ingin lo kerjakan. You'll find what's this one thing you want to do the most ketika lo menemukan kegagalan tapi lo nggak masalah untuk bangkit lagi dan mencoba lagi. Or, bisa saja lo menemukan this one thing ketika orang bilang lo nggak capable melakukan sesuatu but you proved them wrong.

2. Buat CV, resume, dan profil LinkedIn yang profesional

"Kok banyak sih yang harus disiapin?"

Jelas. Simply, let me told you applying for jobs isn't easy kecuali memang lo punya talent yang top notch dan keren banget sampai akhirnya HR yang approach lo dan bukan lo yang apply-apply. Truth is: I don't have one so here's the hard way for all of you.

Sebelum membahas ini lebih dalam, CV stands for curriculum vitae. Isinya SEMUA pengalaman, prestasi, apapun lah hal yang normal ada di CV, you can Google it. Apa bedanya dengan resume? Resume hanya berisi hal-hal yang related dengan posisi yang lo lamar. Lo tidak memasukkan semua, so when the recruiter asks for your resume, make sure your resume contains all things related to the job.

Lastly from the three, profil LinkedIn yang profesional sangat penting. Common practice-nya adalah you put your LinkedIn profile link in your CV or resume. I recommend to do so, dan satu lagi: make a link for your profile. URL profil LinkedIn itu bisa di-customize lho.

Other things that I'd like to say are probably these things: (1) proofread your CV and resume, (2) adjust your CV and resume design to the position you're applying, (3) use a professional photo for your LinkedIn, (4) add description to your experience on LinkedIn, and so on... reach me out if you'd like to know more, because the things that you have to do depend on your current situation.

3. Jangan sia-siakan interview

I should say I regret not doing my best on several interviews.

You can do better than me dengan cara segampang ini: (1) cari tahu tentang company-nya, (2) cari tahu tentang job description dari posisi yang lo lamar, (3) ask questions during interview that you have also prepared.

Di salah satu interview, gue pernah dikecewakan oleh interviewer-nya. Turns out itu memang salah gue. From one of my colleagues yang pernah interview di tempat yang sama, memang interviewee-nya diharapkan untuk bertanya dan take control of the interview. Kesalahan itu membuat gue belajar banget dan di interview yang selanjutnya, gue menyiapkan 7 pertanyaan setelah melakukan research tentang field dan company-nya. Although the interview was very damn quick, I felt good doing this other interview and I received an offering. Hard work never betrays.

4. Ketika melamar melalui e-mail, isi body e-mail dengan mini cover letter

Isi mini cover letter ini cukup berisi hal-hal berikut: kenalin lo siapa (univ. apa, jurusan apa), dapat info lamaran dari mana, kenapa lo tertarik dengan posisi itu, dan lo punya apa yang cocok dengan posisi itu. Close that mail by reminding that you're looking forward to discuss with them, caranya gimana? You can Google it. Jangan malas untuk cari info yang berfaedah buat lo di internet.

5. If opportunities doesn't knock, build a door.

Sebuah fakta yang bikin gue slightly takut ketika mulai melamar buat internship adalah some jobs were not advertised. You have to reach out to the recruiter. It works for me. 

Cara yang gue tempuh adalah dengan kindly send recruiters with 'hiring' in their tagline with an invitation to connect containing who I am and asking whether they are opening an internship or not. Ekstrim? Ya. Seumur hidup, gue bukan tipe orang yang initiate conversation betapapun ekstrovertnya gue.

Sebelum akhirnya gue memutuskan ambil jalan ini, gue sempat mengerjakan online test hasil tindak lanjut application gue. Di sana, gue harus melakukan research dengan ibu-ibu. I took a long time to gather my courage to complete the task, then I said to myself: 'You'll get something good when you conquer your fear.' Mungkin itu yang membuat gue berani menempuh jalan ini.

**

To close this tips-sok-faedah article, gue juga ingin bilang bahwa faktor-faktor lain sangat berpengaruh. Banyak berdoa, untuk yang beragama Islam bisa coba shalat Tahajjud dan shalat Dhuha. Jangan lupa minta doa orang tua dan jangan gampang menyerah.

Seriously, be resilient and persistent. Fall down eight, stand up nine. Best of luck!

Love, 

99WRITES








You Might Also Like

0 comments