Shared Thoughts: Passion == Pathway?

Halo!

Sesuai dengan janji gue di post sebelumnya, gue akan bahas tentang pathway. Before we swim deeper (lol) into the topic, mungkin akan banyak yang nanya kenapa di judul, tanda sama dengannya ada dua.

Jawabannya: habit.

Terimakasih kepada mata kuliah yang membuka mata gue kalo ngoding is fun dan ga seribet yang gue bayangkan: Dasar - Dasar Pemrograman 1. Comparison operator untuk sama dengan di programming language (di DDP 1 pakenya Python) dinotasikan dengan == yaitu tanda sama dengan yang biasa kita lihat namun ditulis dua kali. Kebiasaan inilah yang membuat kadang-kadang di percakapan sehari-hari aja kita (mahasiswa Fasilkom) ngetik di chatting dengan == dan bukan =. Boros karakter, emang. Tapi, habits die hard.

Berkaitan dengan habits atau kebiasaan, ini juga ada kaitannya dengan passion, dan mungkin juga pathway. Kadang-kadang hobi atau tindakan yang biasa kita lakukan di waktu tertentu itulah yang sebenarnya mencerminkan passion kita.

Now, let me tell you a story.



*

Gue bukan tipe orang yang ramai, bukan juga tipe orang yang sering banget bersosialisasi ketika SMA. Kalau ada waktu senggang (read: jam kosong), gue kadang lebih memilih buka Instagram dan/atau Pinterest atau gambar, walaupun gambar gue jelek. I still enjoy doing that. Berbicara tentang menggambar, gue juga bukan tipe orang yang suka banget sama seni, gue bukan orang yang artsy. Ketika gue gambar atau desain, lo bisa meraba bahwa gue stuck dengan satu prinsip: simplicity. 

Benar, gue suka hal-hal yang simpel, organized, walaupun begitu, gue juga suka ngayal pengen bikin ini atau itu. Salah satu khayalan gue adalah bikin website untuk wanita yang bener-bener bisa empower women to do better in significant aspects that make up their lives. Tahu apa yang gue lakuin? Gue bikin lay-out (sekarang karena di Fasilkom, gue jadi tahu, lay-out yang gue bikin itu namanya wireframe) website itu dan juga bagian-bagiannya. Gue concepting apa-apa aja yang ada di website itu.

Entah kenapa, gue bersyukur masuk Fasilkom. Ada saat-saat di mana SBMPTN Soshum jadi godaan yang besar banget selama gue nunggu pengumuman SNMPTN. Bahkan gue sempat bikin daftar jurusan gue, percayalah di daftar jurusan yang gue mau itu, mostly itu jurusannya Soshum. Mantan calon mahasiswa murtad sih... tapi sesuai prinsip gue juga: yang berjuang yang menang. 

Syukur yang gue tulis tadi bukan bohong. Di Fasilkom gue menemukan banyak hal dan mengalami banyak hal yang dampaknya sangat positif. Salah satunya, gue jadi tahu tentang UI/UX (User Interface/User Experience) dan ternyata itu ada hubungannya dengan kebiasaan yang gue suka lakukan di waktu senggang saat SMA. Bersyukur banget gue, walaupun gue milih jurusan tanpa pertimbangan panjang (bahaya gak tuh? Wkwk!), turns out pilihan ini adalah salah satu pilihan yang dampaknya berat, namun juga jadi anugerah terbesar.

Beruntung karena ternyata hal yang gue pelajari (UI/UX ada di mata kuliah Sistem Interaksi dengan prasyarat Perancangan dan Pemrograman Web--matkul yang gagal gue ambil di semester 2 karena bentrok dengan MPKT A) adalah hal yang gue sukai dan gue pilih untuk tekuni. Gue percaya konsistensi dan ketekunan itu kunci untuk sukses meraih pencapaian-pencapaian yang berpengaruh di hidup seseorang, dan gue sudah memutuskan untuk konsisten. 

Little fact: Inconsistency is one of my worst weakness.

*
Kembali ke judul, apakah passion sama dengan pathway?

Menurut gue secara pribadi:

Nggak, dua hal itu nggak sama, tapi dua hal itu saling berkorelasi. Kalo lo punya passion, lo bisa dengan mudah menentukan pathway lo.

Caranya gimana?

1) Find your passion first.

Temukan hal apa yang lo pengen banget lakukan. Coba dilihat lagi apa yang sering lo lakuin dan lo enjoy ngerjain hal itu tanpa kerasa ada beban, juga satu hal lagi: ketika lo melakukan hal itu dan menemukan hal yang sulit, lo nggak memutuskan untuk menyerah dan tetap berjuang mengatasi kesulitan itu DARI HATI. Listen to what your heart says, it knows better than you. 

2) Find your role model.

Gue menemukan role model gue dan semuanya berawal dari Ristek Open Class. (#bukanpromosiristek)

Pagi-pagi di kelas Fisdas Dasar (inside jokes alert, ini galucu), gue seperti biasa duduk deket Ivan dan Arief yang juga punya minat ke UI/UX kayak gue (plus Dela, kita berempat biasanya frontliner Fisdas, Dela juga suka desain). Walaupun punya minat yang sama, cuma Arief yang daftar Ristek Open Class di Product Design 101, karena Ivan PP dia menghindari pulang malam gara-gara ROC. Pas Arief lagi pamer baru kelar install Adobe Illustrator, Ivan nanya-nanya ke gue tentang ROC dan dia nyesel nggak daftar.

Lama setelah itu, gue, Ivan, Arief, memutuskan jadi maba nekat yang daftar UI/UX Challenge waktu Pekan Ristek 2016 dengan didukung pengetahuan seadanya dari ROC. Nggak sia-sia sih, tim kita berhasil jadi finalis dan segitu aja pun udah bahagia banget. Jelas, karena pengetahuan kita belum maksimal dan belum mencukupi, tim kita hanya berhasil jadi finalis. And, the judges at the competition and the speakers at Ristek Open Class: Product Design 101 are my role model. Everytime I look at their LinkedIn accounts, one question lingers on my mind: can I be like them? Or even better?

Little tips: kalo ada tugas yang berat, wajar kalo mendadak jadi demotivasi. Tetep fokus untuk menyelesaikan tugas itu dan susun rencana dan strategi lo agar tugas itu kelar dan hasilnya maksimal. Jadi ketika lo demot, lo tahu lo harus tetap mengerjakan sesuatu, since it's already in your to-do list.

3) Write down your short-term and long-term goals.

Langkah-langkah yang mau gue ambil udah gue tulis dan gue juga bikin alternatif. Gue seneng ajasih dengan bikin rencana, kayaknya tuh terstruktur aja dan hidup gue jadi clearer and better. Jadi ketika kesempatan itu datang, gue gausah pusing mikir, keputusan apa yang akan gue ambil.

Tapi yah, manusia berencana, Tuhan-lah pelaksananya.

Mungkin tulisan ini nggak ngebantu banyak atau ngasih insight yang bagus, tapi ini cuma sekedar sharing dari maba yang suka dibilang ambis gara-gara didikan mentor. Ehe. Nggak kok ga ambis, I just know what to do with my life. If you call that ambitious and it has positive impacts, then why not?

See you when I see you!

Love,


99WRITES

You Might Also Like

0 comments