Shared Thoughts: Opposite Sides of Life

Halo!

I'm finally back on writing setelah jeda berminggu-minggu lamanya. Basically gue lama nggak menulis karena nggak pernah sempat buka Blogger. If you check my phone, banyak banget draft tulisan untuk di sini yang remain unpublished. Semoga bisa secepatnya di-up ke sini biar bisa menebar manfaat lebih banyak lagi. (The word 'manfaat' came from slogan dari BEM Fasilkom UI 2017 yaitu Bersatu Ciptakan Manfaat, a chapter I'd always cherish. Anjay.)



I originally wanted to talk about failures.

But then, I realized life was much more than just regretting and dwelling on the failures. Shifting your focus after failures is sometimes much more important than thinking about it. Here, gue ingin berbicara tentang bagaimana gue banyak banget gagal sebenarnya semester ini (liburan semester 3 dan awal semester 4, to be exact).

Deretan gagal gue yang pertama adalah bagaimana gue gagal medapatkan internship selama winter holiday. Thankfully, akhirnya gue berhasil jadi UI/UX designer intern di IT Fasilkom UI or shortly, ITF. Nggak buruk-buruk amat. Masih ada yang bisa disyukuri.

Kegagalan gue yang kedua ada di bidang organisasi. Not really that big karena gue nggak menaruh ekspektasi apa-apa, karena gue sendiri juga nggak punya motivasi yang adequate untuk mencapai keberhasilan itu. Kegagalan ini juga terjadi mostly karena kesalahan gue pribadi. No one else to blame except myself.

Kegagalan gue yang ketiga adalah masalah akademis. Rencananya adalah semester 4 ini gue akan ambil 23 SKS, dengan menggunakan kuota mata kuliah eksternal. At first, gue merencanakan untuk ambil mata kuliah Pengajaran Berbantuan Komputer (PBK). In addition, I made an appointment with someone else who planned to take the same class. 

Selama seminggu pertama pembelajaran, things were fine, gue ngerasanya nggak ada masalah apapun. IRS gue di-approve walaupun nama gue sempat tercantum di SCeLE, disuruh untuk drop mata kuliah ini karena kuota mata kuliah ini diutamakan untuk mahasiswa prodi Ilmu Komputer.

Then at the second day of PBK class, I received a not-so-friendly warning in SIAK-NG. Mata kuliah ini di-drop oleh pihak yang berwenang, dan selama masa add/drop IRS gue masih tetap bertahan untuk meng-add lagi mata kuliah ini. The same thing also happened to that someone I made an appointment with. 

At the end of this small struggle, gue memutuskan untuk voluntarily men-drop mata kuliah ini dan menggantinya dengan mata kuliah eksternal di Teknik Industri, yaitu Organisasi dan Psikologi Industri. My impression was: this one is much better. Pertemuan kedua kelas Psikin (nickname for this course) adalah presentasi struktur organisasi. Nggak cuma presentasi, tapi juga diskusi antar kelompok, saling tanya dan debat secara positif. Gue suka banget sama kelas yang kayak gini, seriously. Mungkin juga karena gue orangnya suka banget speak up, this class taught me about one thing: blessings in disguise. Gue merasa lebih aktif di kelas ini dibandingkan PBK, and I like that!

This blessings-in-disguise thing ternyata muncul lagi di hidup gue. Dikarenakan kegagalan gue yang kedua tadi, gue malah diberikan kesempatan untuk mengerjakan tugas tahap II dari sebuah lomba business-IT case. Yang mana kalau gue berhasil di hal kedua tadi, maka gue nggak akan sempat menyelesaikan tugas itu. Gue juga nggak akan nyadar hal ini sampai teammate gue bilang suatu hal yang kurang lebih kayak gini: "Kalau kamu keterima, kamu kayaknya nggak akan bisa ngerjain ini."

Another blessings in disguise datang dari kegagalan gue yang keempat, masih juga di bidang organisasi (I have no luck in organizations, I think). Hal ini sangat berkaitan dengan (what I once thought was) passion gue. As I went deeper in the field, gue sempat kepikir bahwa ini bukan passion gue. Dan, sepertinya Tuhan menjawab doa gue. Seakan-akan bilang kalau "Honey, this is not your field. You are not meant to be here."

Karena topiknya adalah opposite sides of life, maka seharusnya gue nggak cuma berbicara purely tentang kegagalan dan keberhasilan. Tapi sebenarnya, dari satu hal itu kita bisa bicara tentang lebih banyak hal. Tentang anugerah dan bencana, tentang dua hal yang saling berlawanan. Belum lagi, tentang kekuatan dan kelemahan.

Juga satu hal lagi: sesungguhnya satu hal punya banyak makna, tapi kita kadang gagal memaknainya.

Salam dari saya yang sedang menunggu kegagalan lagi dan jadi lebih sukses lagi. Doa terbaik untuk kalian, readers!

Love,

99WRITES




You Might Also Like

0 comments