De Facto: 28-30 Juni 2017, Jakarta-Cirebon-Bandung-Jakarta (Part 1)

Halo!

Ini adalah post kedua gue setelah Idul Fitri 2017, dan gue mau mengucapkan mohon maaf lahir dan batin ke kalian! I know really well that most of my posts sound like me ranting all the time, lol. I should thank all of you, apalagi yang spend time to read my post (if there is any).

Anyway, section De Facto kali ini bakal jadi travel journal! Kenapa gitu? Hehe.


Jadi, selama tanggal 28-30 Juni 2017, most of my time were spent outside my house, or in other word, I was traveling! Kalau ditanya ke mana, jawabannya ya nggak lepas dari kota-kota yang biasa gue kunjungin dulu sih. It's always either Cirebon, Bandung, or Yogyakarta. I love them.

Perjalanan gue dimulai sejak pagi-pagi banget, gue dan keluarga gue berangkat sekitar jam 5 lewat. Kasarnya sih, kelar azan Subuh, cabut dah gue. Selalu jadi preferensi keluarga kalau lebih mending berangkat pagi, masih muka bantal, mata ngantuk berat... daripada harus berangkat malem. Nggak tau sih kenapa, but that won't be a problem for me karena kalau range pagi-sore (selama perjalanan) itu masih ada cahaya matahari dan gue masih bisa foto-foto selfie chantique pemandangan.


Daaaan, jam 6 gue sudah di tol Cikampek. Agak bete karena sunrise-nya di depan kita, bukan di samping, jadi susah untuk ngefotonya, dan karena itu di jalan, kamera pun jadi nggak stabil. Sedih, padahal sunrise-nya bagus. Not long after that, I fell asleep, and somehow when I woke up....

...gue sudah di Rest Area Tol Cipali (Cikopo-Palimanan, read more about this toll road here).


Ketika bangun gue agak paralyzed, mungkin efek tidur di mobil (info sedikit, gue duduk di paling belakang, penuh banget dengan barang-barang seperti koper dan makanan, it's quite cramped). Tapi asli, udaranya refreshing abis. Kombinasi sempurna antara pagi dan Cipali? (wow it rhymes together like you and me)

Di rest area ini gue beli makanan lagi padahal di mobil udah banyak banget makanan... bad habit. Gue beli CFC karena gue cinta CFC apalagi paketan chicken strip-nya, my fav junk food definitely. Gausah bingung gue beli apa, dari kalimat sebelumnya juga lo pasti otomatis tau, lol. 

Disponsori oleh donatur (baca: ortu) gue beli cuma 2 paket Astaga 3 versi rest area Cipali (Nasi + 3 Chicken Strip + Teh Pucuk Harum) karena.... namanya rest area ya adanya segitu. Mau minta si masnya bikin baru juga nggak bisa karena... namanya rest area ya adanya segitu. HAHAHAH.

Nyampe di mobil, dua paket CFC itu habis sama dua oknum, yaitu gue dan nenek gue. (Kenapa bahasa gue oknum ya, kriminal banget bye). Selain CFC, gue juga beli gorengan... seharga 35 ribu. 

Let's say it once again... namanya rest area ya adanya segitu. Bonus foto black and white terbaik yang gue ambil selama perjalanan. So pretty.



***
Perjalanan untuk sampai Cirebon cuma menghabiskan sekitar 1,5 jam terhitung dari rest area yang tadi gue kunjungi. Track tol ini bener-bener lurus banget, nggak heran bahkan setelah tol Cipali ini resmi dibuka untuk umum, banyak kecelakaan karena faktor human error yaitu pengemudi yang mengantuk. 


Talking about the view, standar sih. Paddy fields, hills, clear blue sky--all better than those skyscraper view you see everyday at large cities like Jakarta. Paid off the long trip.


As soon as the loveliest bunch of people (quite an awkward way to address my family but still love it because the word 'family' sounds too... usual?) arrived at Cirebon, we had a small but funny debate regarding our next destination. Some wanted to go to the iconic traditional market, some others wanted to visit my great grandparents tomb first. The tomb team won and by 9 o'clock we reached the tomb.


Setelah selesai dengan prosesi nyekar atau ziarah, kita langsung jalan lagi ke pasar untuk... beli makan lagi. Makanan favorit keluarga gue ternyata ludes terjual dan kita nggak dapet apa-apa selain tungku yang udah dirapihin sama penjualnya. Tapi positifnya, kita masih dapet otak-otak depan pasar yang lumayan enak (mirip banget sama yang biasa dijual di Jakarta, tapi agak mendingan sih rasanya) plus nasi campur.

If you think our food journey is over, it's not. Long way to go, lol.



Setelah dari Pasar Kanoman, muncul lagi kebingungan kita. Lessons learned, kalau mau jalan-jalan mending bikin itinerary biar nggak ada idle time nentuin dulu mau ke mana. Ini sisi nggak enaknya kalau tujuan kita selalu sama kalau jalan-jalan, agenda kita cuma masalah urutan dan terkadang jadi masalah belakangan. This is not a big matter, tapi kalau nggak di-handle dengan benar, bisa aja jadi masalah yang menghambat perjalanan. This photo below was taken at a local coffee shop near the legendary Nasi Jamblang outlet where we took a rest for a while and fixated our next destination.



Kebingungan itu terselesaikan dengan dua pilihan akhir: rumah saudara atau check-in ke hotel. By 1 pm, gue and the rest of my family sudah touchdown di Sumber, sebuah daerah di pinggiran Cirebon, where one of my relatives resides. FYI, waktu gue kecil, gue inget, ada yang nyewain becak mini di sekitar sini dan kita biasa mainan itu. Sweet memories indeed.


Dalam perjalanan pulang, karena sebelumnya kita sampai nyasar ke Wisata Monyet Plangon (nggak jauh sih, cuma kita jadi wondering aja, kok bisa-bisanya nyampe sini, salah di mana kita?) kita diarahin pulang dengan denah dan patokan-patokan yang agak nggak familiar (maklum, bukan orang lokal, tsah) seperti perusahaan air minum Mountoya. 

Tapi tetep sih, ada beberapa tempat yang gue kenal yang membantu gue mengidentifikasi tempat-tempat yang harusnya gue lewatin pas perjalanan ke Sumber. Foto di bawah ini gue ambil di perempatan Tuparev-Kartini, kali kedua gue ngelewatin bagian ini untuk hari itu, biasalah bolak-balik cantik gitu, sebelum ke hotel (hotel gue di Tuparev).


Jam 4 sore, akhirnya gue berkesempatan untuk loncat-loncat meregangkan diri setelah perjalanan super panas dari Sumber-Tuparev. Seriusan coy, Cirebon panas banget. Stok Aqua dingin sangat amat membantu, plus koran buat kipas-kipas dan kalau beruntung, bisa tidur akan membantu lo melupakan panasnya yang bikin istighfar. Down below, adalah sedikit preview dari hotel gue, yaitu Verse Hotel Cirebon (ceki-ceki di sini boleh banget).


Ini foto-foto sisaan setelah nyampe hotel, karena aktivitas gue selama di hotel cuma mandi-shalat-makan-shalat-tidur-makan-cabut lagi. Pas di hotel, kita semua kompak lesehan di bawah, buka semua makanan yang kita beli tadi, and enjoy the food like there's no tomorrow. Best thing!

(PS: Ya Allah, berikan gue kesempatan untuk ke Cirebon lagi, bareng-bareng lagi tapi makan di tempatnya dan nggak dibungkus, dan bisa makan Empal Gentong dan segala kuliner asli :') please hear my prayer xD)


Untuk yang kepo kenapa gue pilih traveling quote yang ini:

"For the born traveler, travelling is a besetting vice. Like other vices, it is imperious, demanding its victim's time, money, energy and the sacrifice of comfort."

Bagian yang paling ngena adalah demanding time, money, energy and sacrificing comfort. Time and money jelas banget bakal kepakai selama traveling. Energi juga kekuras, karena panas dan badan ketekuk di mobil, yang secara nggak langsung membuat kita mengorbankan kenyamanan.

But I will never regret doing it. I will await for another chance like this, and hope for better experience next time, always!

By the way, sampai jumpa di part 2 untuk De Facto Cirebon-Bandung tanggal 29 Juni 2017!

Love,

99WRITES

You Might Also Like

0 comments