Shared Thoughts: The Magic of Time

Halo!

Sebelumnya, gue akan state dulu kalau post ini akan jadi gabungan refleksi dan curhat dan philosophic talk yang sangat nggak berarah, so please stand with it for a moment. Nah, kalau gue bilang waktu itu ajaib, apakah lo akan setuju dengan gue?



Menurut gue, iya. Waktu itu punya keajaiban yang nggak akan pernah bisa kita mengerti. Ambil salah satu contohnya, yaitu kebetulan. Kebetulan, atau coincidence, terkadang nggak lebih dari sekedar dua atau lebih substansi waktu yang saling bertemu. Kalau mereka bertemu, mereka punya kekuatannya sendiri. Kekuatan itu yang kadang-kadang bisa ngebikin kita jadi aneh sendiri, entah itu flashback atau bahkan parahnya, membuka luka lama yang berpotensi tinggi membuat trauma.

Sisi baiknya, kebetulan itu juga bisa jadi hoki.

"Wah, pas banget nih gue ketemu lo! Dari tadi gue nyariin lo, trus nggak ketemu-ketemu!"

Enak nggak situasi di atas? You don't have to spend all of your energy doing unnecessary things, such as nyari-nyari orang. Mungkin karena itulah, banyak orang percaya (dan juga ingin bisa membuat) yang namanya ramalan. Energi nggak banyak kebuang. Seperti halnya film baru dengan spoiler, hubungan takdir dengan ramalan juga kadang-kadang seperti itu. Buat apa tahu duluan tentang sesuatu? Apa serunya? Tapi ya sudahlah, perspektif orang juga beda-beda.

Sisi anehnya, kebetulan juga bisa jadi suatu cerita yang menghubungkan masa kini dengan masa lalu.

Sebutlah seseorang di kantor ternyata bereaksi ketika gue menyetel salah satu lagu yang gue tahunya dari someone from the past. Ternyata itu salah satu lagu favorit dia. Agak aneh juga berbicara tentang hal yang menyangkut masa lalu, to be exact, masa lalu yang gue maksud adalah sekitar tahun 2012-2013 (sudah 4 tahun men!). Itu masa SMP, dan ingatan itu will always be very vibrant in my mind. Mungkin karena dampaknya itu yang bisa dibilang mirip-mirip emotional breakdown.

Sebagai gambaran, sekarang tahun 2017, gue sudah nggak pernah ngobrol lagi dengan orang itu sejak ulang tahun gue (terimakasih banyak sudah mengingat ulang tahun gue, lo salah satu orang paling disiplin dan teratur yang gue tahu, cuma kenapa lo pake Comic Sans di watermark foto lo? Itu sangat-sangat mengganggu, by the way). Kondisinya gue sedang magang di salah satu startup, dan seseorang di kantor itu duduk di samping gue. Totally unrelatable dengan situasi di circa 2012-2013.

Selain salah satu anak buah waktu yaitu kebetulan, ada lagi anak buah lainnya yang bernama pengalaman.

Gue pernah baca di novel 'Pulang', hasil karya Leila S. Chudori, one of the most memorable novel ever. Tokoh utamanya, Dimas, encountered a situation yang membuat dia 'terpenjara' selama masa hidupnya. Untuk tahu lebih detailnya terpenjaranya gimana, silahkan baca sendiri. Nggak akan nyesel.

Dimas, dalam novel itu, sempat berkata bahwa kalau kamu nggak memilih, waktu yang akan memilihmu. Sebenernya, kata mutiaranya sih nggak gitu banget ya, tapi intinya, si Dimas ini nggak pernah mau benar-benar berpihak ke salah satu kubu ataupun pilihan. Dia selalu milih untuk berada di tengah-tengah. Dan akhirnya, karena dia bersifat abu-abu, putih tidak mengenalinya, instead he was recognized as black. (Kalimat sebelum ini bersayap, tolong diinterpretasikan sebaik dan seaman mungkin.)

Pada akhirnya, Dimas berhasil menemukan akhir bahagianya, namun sayang tanpa nyawanya.

Hidup akhirnya memberikan Dimas pengalaman mahal, yang dibayar di muka dengan pilihan hidupnya.

Kalau dihubungkan dengan waktu, bisa ditafsirkan begini: kalau kamu nggak rela buang-buang waktu untuk sesuatu, kamu bisa saja dibuang oleh waktu. Kamu akan merasa bahwa waktu kamu itu sia-sia, pada akhirnya, efek fatalnya bisa saja kamu ngerasa nggak berguna at all. Padahal nggak. Itu cuma masalah kita yang gagal memanfaatkan waktu untuk mengenal satu hal paling dekat (tapi lebih dekat Allah sih): diri kita sendiri.

Di luar itu, si waktu sendiri punya satuan bernama umur.

Umur 18 tahun, apa yang sudah gue lakukan?

Bukannya nggak jarang ya gue ngeliat orang-orang yang lebih muda daripada gue namun berhasil jadi sesuatu (apalagi yang gue inginkan). Sedih? Dikit. Marah? Nggak usah, satu-satunya yang perlu kamu lakukan adalah manfaatin sisa jatah umur yang nggak tahu tinggal berapa itu, dan lakukan apa yang kamu mau. Malas belajar di kelas? Silahkan habiskan waktu semaumu dan biarkan hidup mengajarimu.

Ingat kawan, hidup tidak punya tombol Ctrl + Z. Kemudahan dalam hidup juga nggak bisa di-drag sambil tekan Alt (halah, sok-sok desainer grafis kamu).

Hidup itu Paint, kalau buat gue. Kamu belajar dan mengenal semuanya dari awal ya dari sana. Kamu juga nggak bisa minta banyak, toh? Tapi ya, bukannya nggak bisa bikin sesuatu yang bagus dari Paint, itu semua tergantung usaha. 

(Gue baru menyadari interest gue di desain grafis diawali gue yang terlalu betah mainan Paint dan ngegambar persegi panjang berulang kali dan cuma diganti-ganti warna yang makin ke dalam makin kecil, lol.)

Selamat menikmati waktu, semoga kebahagiaan selalu di sisimu!

Love,

99WRITES

You Might Also Like

0 comments