Mission 21 #4: You Are What You Eat

Halo!

Sebagai anak kuliahan (sok) sibuk, ngasih perhatian ekstra kepada apa yang gue makan bukan suatu hal yang gampang. Karena punya banyak kesibukan, kalau laper, ya solusinya gampang: makan. Sama sekali nggak merhatiin tentang makan apa, sehat atau nggak, bahannya bersih atau nggak--hal kecil seperti itu nggak bakalan masuk hitungan ketika urusan gue cuma satu: menghapuskan kelaparan yang melanda.

Untuk kehidupan yang lebih baik dan lebih sehat, gue mencoba (mungkin untuk sehari ini aja atau siapa tahu kalau dapat hidayah, jadi terus-terusan keep in track sama apa yang dimakan) menuliskan apa saja yang gue makan selama sehari ini.




Di pagi hari, kebiasaan gue adalah hukumnya wajib untuk sarapan. Sst, tapi sarapannya nggak di rumah!

“Lho kenapa? Nggak ada makanan di rumah?”

Bukan begitu, tapi berangkat jam 6 tiap hari membuat gue terpaksa mendahului jadwal dapur rumah mulai mengepul. Otomatis, ketika di jalan, gue nggak cuma memikirkan estimasi waktu tiba gue, tapi juga mikirin satu hal.

Makan apa gue ya buat sarapan?

To be honest, gue punya tiga opsi. Pertama, kalau naik KRL dari Stasiun Tebet, gue akan beli gorengan/kue basah, atau onigiri di sebuah minimarket (you all know what I mean, lah) dekat pintu masuk Stasiun Tebet. Kedua, gue akan beli roti di Stasiun Pondok Cina yang selalu promo beli 1 gratis 1, dengan rasa vanilla dan satu lagi smoked beef. Ketiga, sarapan di Fasilkom, tapi opsinya kalau nggak Indomie ya sate kalau nyampe di sana jam 8.

Untuk hari ini, 27 April 2017, gue ambil opsi pertama. Di deket Stasiun Tebet, ada ibu-ibu yang jualan kue basah, harganya 5000 untuk 4 buah kue basah. 5000 yang ada di tangan gue berganti jadi 2 buah risol ragout dan 2 buah lemper. Jujur, risol ragoutnya enak kok, lumayan untuk harga 1250 perak (super affordable, ya nggak sih?).

Siangnya, gue nggak makan siang. Bermodal perasaan masih kenyang, gue cuma isi perut dengan tahu crispy yang didanusin temen. 3000 rupiah aja… tapi tetep aja lebih murah yang 1250 perak ya kan? HEHEHE.

Sore setelah MPKT A, gue paham kalau badan gue sudah mulai menjerit-jerit butuh makan berat. Oke, gue nurut, gue jadinya beli (untuk pertama kalinya selama dua semester di Fasilkom) nasi + paru goreng + tempe goreng + tahu goreng + sambel + timun + serundeng. Enak sih, tapi paru-nya nggak crispy. Sepertinya emang style gorengnya si ibu kantin emang begitu. Yasudahlah. Disyukuri aja. Selalu ada alasan untuk bersyukur kok.

Malamnya, sebelum naik KRL pulang, untuk alasan sakral menukar uang 50000 (daripada gue minta kembalian banyak ke abang ojek), gue akhirnya makan lagi. Makan apa?

Beng-beng Maxx. Ngemil lagi.

Kapan sehatnya?

Kapan-kapan. YHA.


Love,

99WRITES

You Might Also Like

0 comments